-->

Pesan Pasien Sembuh dari Covid-19: Kita Nggak Pernah Tahu, Badan Sehat Ternyata Kita adalah Carrier

Pesan Pasien Sembuh dari Covid-19: Kita Nggak Pernah Tahu, Badan Sehat Ternyata Kita adalah Carrier

 
Pesan Pasien Sembuh dari Covid-19: Kita Nggak Pernah Tahu, Badan Sehat Ternyata Kita adalah Carrier


Seorang desainer bernama Selviana atau yang lebih dikenal dengan Selphie Usagi membagikan kisahnya yang terinfeksi virus corona.

Ia menceritakan, bagaimana susahnya mencari rumah sakit rujukan Covid-19.

Selphie juga harus mengeluarkan biaya dari kantong pribadinya hingga mencapai Rp 9 juta untuk biaya pengobatan.

Kisah itu dibagikan Selphie lewat akun Twitter pribadinya, @selphieusagi, Rabu (16/9/2020).

Dalam utasnya, ia tak mengetahui dari mana dirinya bisa tertular Covid-19.

Sebab, setiap hari dirinya selalu pergi ke luar rumah untuk urusan pekerjaan.

"Gue ga tau kena dmn krn gue tiap hari ngantor, ada ke supermarket, naik ojol/taxi online, dll. Walau ga nongkrong2, tp bs aja gue kontak dgn OTG atau memegang barang2 yg ada virusnya ky handle pintu mobil / minimart dll."

"Krn kl dipikir dlm sehari kasus baru di Jakarta aja seribuan. Kasus baru lho bukan akumulatif. Jd circle yg positif makin lama makin deket dr org yg ga dikenal."

"Lalu kenalan tmn, lalu dr circle sendiri, dst. Gue pun tiap hari ke luar rmh, jd gue kayak ga heran jg sih kalo kena," tulis Selphie.

Saat dikonfirmasi, Selphie meminta agar masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan mereka dengan cara meningkatkan imunitas tubuh.

Sebab, belum ada vaksin sementara angka penambahan kasus Covid-19 terus bertambah setiap harinya.

"Vaksin Covid itu masih nggak jelas kapan, sementara angka kasus Covid di Indonesia per harinya masih banyak. Berarti semakin lama kemungkinan kita tertular pun semakin besar," kata Selphie kepada Tribunnews.com, Kamis (17/9/2020).

Selphie menyebut, yang bisa dilakukan masyarakat saat ini adalah mematuhi protokol kesehatan dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Perempuan berusia 29 itu juga mengimbau agar masyarakat tidak keluar rumah kalau tidak ada urusan yang mendesak. 

"Sekalinya kena, biayanya tidak murah, rumah sakit juga belum tentu bisa menerima pasien karena sudah kewalahan. Yang bisa kita lakukan adalah menaikan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat."

"Jangan keluar rumah kalau nggak penting-penting banget. Selalu posisikan diri sebagai OTG karena kita nggak pernah tahu bahwa di balik badan kita yang terasa sehat, ternyata kita adalah carrier untuk orang-orang sekitar," terangnya.

Tak Dapat Rumah Sakit hingga Bayar Pengobatan Sendiri

Selphie menjelaskan, gejala awal yang dirasakannya adalah sakit tenggorokan.

Namun, ia menganggap hal itu biasa karena terbiasa minum teh kemasan 1 hingga 3 kotak setiap harinya.

Selain itu, dia hanya batuk sesekali dan merasakan hidungnya mampet setiap malam.

Lagi-lagi dia menganggap gejala itu biasa. Sebab hal itu hanya terjadi saat malam saja dan saat itu posisi AC di kamarnya dekat dengan kasur.

Pada hari kedua dan ketiga, kondisi Selphie mulai membaik, tapi malamnya justru ia tak bisa mencium bau.

"Tp pas hari ketiga malam hari, gue ga bs mencium body lotion yg biasanya gue pake sblm tidur tiap malam. Pdhl siangnya gue msh bs nyium kopi di kantor, Gue coba cium parfum, hairmask, dll ga bisa," tulis Selphie. 

Tanpa pikir panjang, sekira pukul 22.00 WIB, Selphie akhirnya memutuskan untuk pergi ke salah satu rumah sakit di Jakarta.

Sesampainya di rumah sakit tersebut, ia tak bisa melakukan swab tes karena sudah terlalu malam.

Akhirnya Selphie memutuskan untuk melakukan rapid test dan hasilnya dapat diketahui sekira 15-20 menit kemudian.

Untuk melakukan tes tersebut, Selphie merogoh kocek Rp 350 ribu dan hasilnya dinyatakan nonreaktif.

"Oiya pas besok paginya itu gue udah bs mencium aroma lg, tp mild. Gue sempet mikir 'Apa emg cm mampet aja ya?' Tp krn udah terlanjur izin kantor yaudahlah gue swab," sambung dia.

Akhirnya, sekira pukul 10.00 WIB, ia melakukan swab tes di rumah sakit berbeda.

Ia memilih swab tes dengan hasil keluar paling cepat, yakni sehari setelah tes dengan biaya Rp 1,6 juta.

Keesokan harinya, hasil tes keluar dan menyatakan, dirinya positif terinfeksi virus corona.

Selphie kemudian diberikan nomor hotline rumah sakit untuk penanganan selanjutnya.

Namun, ia hanya bisa berkonsultasi via daring selama 20 menit pada keesokan hari dengan biaya Rp 150 ribu.



"Tp krn gue mau CT scan + tes darah utk memastikan bahwa kondisi dlm tubuh gue cukup baik utk isolasi mandiri, gue tlp RS nya.

"Ternyata pasien positif Covid tdk bisa lsg datang ke RS, harus melalui konsul online tsb. Gue tlp bbrp RS lain, udahlah susah nyambungnya, dilempar2 pula," sambung dia.

Selphie kemudian menghubungi beberapa rumah sakit rujukan Covid-19 di Jakarta. Namun pihak rumah sakit selalu mengarahkan ke rumah sakit lain.

"Di saat itulah gue mikir 'Lo mungkin bisa bayar biaya scan dll, tp kalo RS gak bs nerima, lo bs apa?'."

"Inilah yg membuat gue kmrn2 ngetwit 'Punya duit brp pun kalo RS penuh, tetep ga bs dpt penanganan kok'," jelasnya.


Akhirnya ia menghubungi seorang kenalannya yang bekerja di salah satu rumah sakit di daerah Bintaro.

Di sana Selphie harus mengantri dan menunggu ruangan selesai disterilkan.

Setelah ruangan tersedia, ia kemudian diinfus vitamin, melakukan tes darah dan CT scan thorax.

Hasilnya keluar dua jam kemudian dan hasilnya kondisi Selphie baik.

Ia kemudian mendapatkan enam obat untuk dikonsumsi setiap hari selama melakukan isolasi mandiri di rumah.

(Tribunnews.com/Nanda Lusiana)

0 Response to "Pesan Pasien Sembuh dari Covid-19: Kita Nggak Pernah Tahu, Badan Sehat Ternyata Kita adalah Carrier"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel